Dai M.A
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman : "Katakanlah : upah
apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk amal kamu. Upahku hanyalah dari
Allah, dan dia mengetahui segala sesuatu". (surat saba' : 47)
Mencari nafkah untuk memenuhi hajat hidup merupakan anjuran Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam. Jalan yang halal disertai kemampuan merupakan syarat
utama, tetapi Rasullah Shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menjadikan jalan
dakwah sebagai salah satu pekerjaan yang mendatangkan rezki, apalagi menjadi dai
di televisi swasta, menjadi narasumber dalam acara religi, atau bahkan hanya
menjadi pengajar Al-Quran.
Meskipun berdakwah tak pernah dicontohkan sebagai ladang mencari
nafkah tetapi sebagian ulama tetap membolehkan, walaupun masih terjadi perselisihan
pendapat itupun secara khusus dalam hal pengambilan upah dari mengajar
Al-qur’an, lebih-lebih jika hanya
sekedar menjadi narasumber dan pendakwah. Namun tulisan ini tidak membahas tentang
hukum pengambilan upah. Penulis hanya ingin mengutarakan pandangan subjektif
tentang fenomena dai bermental amplop.
Bermental amplop berarti keadaan dan aktivitas jiwanya, cara
berpikir dan berperasaanya hanya di pengeruhi oleh amplop. Semakin banyak atau
semakin besar jumlah amplop semakin semangat, senang dan puas. Ada tidaknya
amplop dapat mempengaruhi hatinya. Sensasi menerima amplop itulah awal mula
timbul mentalitas amplop.
Pola pikir
mental amplop adalah berharap dan memikirkan amplop.
Contoh 1. Tidak mematok
harga jual tetapi didalam otaknya tetap terbayang amplop “Yang penting
dakwah, dapat amplop Alhamdulillah tak dapat amplop ya ikhlas”.
Contoh 2. Mematok harga jual. “ilmu itu mahal hargannya, maka saya harus
mematok harga jasa dakwah”,
Contoh 3. Mematok harga, serta menggantungkan hidupnya dengan harga
tersebut. “bagaimana saya mendpatkan uang dari ilmu yang saya dakwahkan dan
bagaimana saya bisa hidup dari uang tersebut”. Pola pikir-pola pikir diatas
lah awal mula mental amplop terbentuk. dan masih banyak lagi cara berpikir yang
senada. Intinya bayangan amplop/uang tak
terlepas dari otaknya.
Profesionalitas
ala dunia entertainment dan salam tempel merupakan salah satu contoh pemicu pola
pikir mental amplop. Sensasi kepuasaan
ketika mendapatkan gaji dari sebuah keprofesionalan dan salam tempel akan berujung
pada ketergantungan ingin dihagai, ingin diberi imbalan dan hilanglah
keikhlasan. Meskipun tidak semua dai demikian.
Lalu
apa yang salah dengan menerima amplop, toh
pengambilan upah dari mengajarkan Al-Qur’an masih ada yang membolehkan?
Kesalahan pertama terletak pada dampak
kepuasan yang berujung pada lahirnya mental materialistis dan kesalahan kedua
terletak pada ketidaksesuaiannya dengan cara Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam dalam berdakwah. Berikut penggambaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam dan sahabat tentang dai bermental amplop : Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
عن أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ رِجَالٌ يَخْتِلُونَ
الدُّنْيَا بِالدِّينِ ، يَلْبَسُونَ لِلنَّاسِ جُلُودَ الضَّأْنِ مِنَ اللِّينِ ،
أَلْسِنَتُهُمْ أَحْلَى مِنَ السُّكَّرِ ، وَقُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الذِّئَابِ ،
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَبِي يَغْتَرُّونَ أَمْ عَلَيَّ يَجْتَرِئُونَ
فَبِي حَلَفْتُ لأَبْعَثَنَّ عَلَى أُولَئِكَ مِنْهُمْ فِتْنَةً تَدَعُ الْحَلِيمَ
مِنْهُمْ حَيْرَانًا (سنن الترمذي)
Dari Abu Hurairah Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda. "Akan keluar di akhir zaman orang-orang yang mencari
keuntungan dunia dengan menjual agama. Mereka berpakaian di hadapan orang lain
dengan pakaian yang dibuat dari kulit kambing (berpura-pura zuhud dari dunia)
untuk mendapat simpati orang banyak, dan perkataan mereka lebih manis dari
gula. Padahal hati mereka adalah hati serigala (mempunyai tujuan-tujuan yang
buruk). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada mereka, "Apakah kamu
tertipu dengan kelembutan-Ku ? Ataukah kamu terlalu berani berbohong kepada-Ku?
Demi kebesaran-Ku, Aku bersumpah akan menurunkan suatu fitnah yang akan terjadi
di kalangan mereka sendiri, sehingga orang yang alim (cendekiawan) pun akan
menjadi bingung (dengan sebab fitnah itu)." (HR. Tirmizi)
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'anhu berkata: “Jikalau seorang
yang berilmu mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya, maka dia akan mendapatkan
kemuliaan di antara orang-orang sezamannya. Akan tetapi mereka menyampaikan
ilmu kepada pecinta dunia untuk mengharapkan harta mereka, maka mereka menjadi
hina”. [Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadlih.
Lihat Shahih Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadlih, no.746, diriwayatkan juga oleh Ibnu
Majah dan Ibnu Abi Syaibah]
Memang tidak ada kata sempurna dalam mengikuti Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam, namun mencoba untuk menjadi sempurna merupakan
sebuah keharusan. Dalam hal cara berdakwah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam telah memberikan contoh dengan tanpa menerima amplop. Maka untuk
mengindari munculnya mental amplop yang berujung pada materialis dan untuk
menyempurnakan cara dakwah, seorang
dari harus terlepas dari meminta, berharap
dan memikirkan amplop.
ABOUT THE AUTHOR
Masih sebagai manusia yang tersesat di tengah, antara salah paham yang tak berujung
0 comments:
Post a Comment