Objektif dan Terbuka
Akhir-akhir saya kembali
bingung dengan istilah "memandang dengan objektif" dan "berpikiran
terbuka". Bukankah dengan menjadi objektif antara yang mereka yang
membenarkan dengan meraka yang menyalahkan dapat membuat diri menjadi
seorang yang berkeyakinan relatifisme?
Sedangkan membuka pikiran, yang menurut saya adalah keluar dari tempurung. Dalam soal memandang yang disertai menilai; Memandang kehidupan desa dengan kacamata pandang kehidupan kota atau sebaliknya, memandang kehidupan kota dengan kacamata kehidupan desa. jika ini yang terjadi maka, bukankah termasuk dalam berpikiran jumud/belum berhasil keluar dari tempurung. Dan sepertinya tidak ada pikiran yang benar-benar keluar dari tempurung. Karena selalu ada hal lain dari si terpandang yang luput dalam penglihatan si pemandang. Dan bagi pemandang, mereka selalu memposisikan diri sebagai guru kepada murid, yang seakan lebih pintar dan mengetahui.
Mungkin begitulah polanya. Hanya dengan berinteraksi kita bisa mendapatkan banyak kacamata dan memakainya sesuai dengan tempat, waktu serta suasana. Sayangnya banyak yang hanya menyadari manusia adalah makhluk tidak sempurna, namun sedikit yang menyadari manusia adalah makhluk serba kurang. jika pemahaman pertama yang terpakai maka segala kritik akan dianggap tidak memahami ketidak sempurnaan manusia, tetapi jika pemahaman kedua yang dipakai maka kritik dianggap sebagai jalan menuju ketidakkurangan, mungkin.
Sedangkan membuka pikiran, yang menurut saya adalah keluar dari tempurung. Dalam soal memandang yang disertai menilai; Memandang kehidupan desa dengan kacamata pandang kehidupan kota atau sebaliknya, memandang kehidupan kota dengan kacamata kehidupan desa. jika ini yang terjadi maka, bukankah termasuk dalam berpikiran jumud/belum berhasil keluar dari tempurung. Dan sepertinya tidak ada pikiran yang benar-benar keluar dari tempurung. Karena selalu ada hal lain dari si terpandang yang luput dalam penglihatan si pemandang. Dan bagi pemandang, mereka selalu memposisikan diri sebagai guru kepada murid, yang seakan lebih pintar dan mengetahui.
Mungkin begitulah polanya. Hanya dengan berinteraksi kita bisa mendapatkan banyak kacamata dan memakainya sesuai dengan tempat, waktu serta suasana. Sayangnya banyak yang hanya menyadari manusia adalah makhluk tidak sempurna, namun sedikit yang menyadari manusia adalah makhluk serba kurang. jika pemahaman pertama yang terpakai maka segala kritik akan dianggap tidak memahami ketidak sempurnaan manusia, tetapi jika pemahaman kedua yang dipakai maka kritik dianggap sebagai jalan menuju ketidakkurangan, mungkin.
ABOUT THE AUTHOR
Masih sebagai manusia yang tersesat di tengah, antara salah paham yang tak berujung
0 comments:
Post a Comment