Sepertinya, dulu dia tidak lebih baik dariku.
Kasta, derajat nilai seorang manusia. Hingga hari ini, meskipun dunia telah beranjak moderen, meskipun perbudakan telah dihapuskan, meskipun kasta katanya tak dihitung lagi, meskipun rasisme banyak dipertentangkan. Secara sadar, kasta masih tetap terpakai, entah sengaja atau terbiasa. Namun perbedaannya, kasta yang satu ini tak didapatkan secara keturunan dan dapat berubah dari bawahan menjadi atasan begitu juga sebaliknya. Susahnya lagi, kasta lama akan melekat, lebih diingat dan selalu dijadikan acuan, dari pada kasta barunya.
Sebuah contoh:
Seorang anak remaja: dimata teman-temannya terlihat lugu, tak banyak terlibat kegiatan, tak memiliki kemampuan; skill atau kecenderungan menyukai suatu hobi sebut sajalah 'pendiam'. Jika suatu saat remaja itu tumbuh dewasa dan memiliki kemampuan yang tidak pernah terlihat, bahwa dia pernah mengasahnya atau memiliki kecenderung melakukan kemampuan itu dimasa remaja. Terkadang komentar yang keluar "Bisa ya dia, padahal dia dulu.... Bla.... Bla... Bla..". Teman-temanya akan selalu mengkastakannya sebagai remaja lugu dengan segala atribut keluguannya. Atau remaja yang aktif dengan segala kegiatan dan kemampuan berinteraksi, skill dan keahlian yang dipunyainya. Namun dimasa dewasa terlihat lebih diam dan menarik diri dari keramaian. Pertanyaan yang muncul dari teman-temannya "kenapa dia tidak seaktif dulu?". Disini lagi-lagi kasta dipakai, lebih tepatnya kasta lama akan melekat, lebih diingat dan selalu dijadikan acuan, dari pada kasta barunya.
Parahnya jika pengkastaan ini terpakai dalam bersikap, maka moral akan terpengaruh. Contoh: Terkadang manusia yang dimasa remaja tak berprestasi, tak berskill dan berperilaku buruk selalu teranggap remeh bagi lingkungan sekitar, jika dia merubah sedikit saja dengan alasan bosan teranggap remeh, lingkungan tetap akan mengkastakannya sebagai manusia remeh dengan komentar "omong kosong, dia dulu itu bla....bla.....bla....." atau komentar lain yang senada dengannya.
Mengkastakan manusian lain, tidak apalah. Tetapi janganlah mengajak orang lain untuk mengkastakan orang lain. Merasa lebih dari manusia lain itu wajar, namun merasa lebih dan dibarengi dengan merendahkan manusia lain, itu kurang ajar. Apalagi ditambah dengan mengajak orang lain untuk merendahkan orang lain. Jika sudah sampai derajat yang terakhir maka perlu untuk dibunuh, perasaan lebihnya.
Lugu dan tidak lugu hanyalah contoh, masih banyak lagi hal-hal lain, misalnya: baik-buruk, malas-rajin, rapi-berantakan, pembantu-majikan, kaya-miskin, priyayi-kyai, gaul-kuper, hitam-putih, alim-fasiq dan lain-lain. Sisanya, silahkan pembaca sendiri yang melihat dalam kehidupan sehari-hari. Jangan tanyakan pada saya "apakah ini sebuah kesalahan" atau "manakah yang lebih baik", cukup bertanya pada dhomir masing-masing.
"Yahanu faqot huwa dzalik(merendahkan), ta'rif lak zamanan huwa kaifa(mengajak untuk melihat kerendahan masa lalu)?"
ABOUT THE AUTHOR
Masih sebagai manusia yang tersesat di tengah, antara salah paham yang tak berujung
0 comments:
Post a Comment