Menjadi Penguasa



Penguasa, sebuah kata yang selalu dikaitkan dengan kerajaan, pemerintah, pejabat, raja, bos besar dan hal-hal lain yang berada diatas dari sesuatu yang besar. Kepala paus, atasan dari sesuatu yang besar. Dan terkadang, kepala teri tidak dianggap penguasa, karena terlahir dari yang kecil dan membawahi sesuatu yang kecil pula, meskipun diatas. Padahal, semuanya sama-sama menguasai meskipun berbeda besar-kecilnya.


Memiliki obsesi menjadi penguasa hanya karena terlahir sebagai anak penguasa, akan berakibat saling menjatuhkan-perebutan kekuasaan- antar anak penguasa. Karena sifat manusia yang ingin lebih; lebih baik, lebih berguna-menggunakan-, lebih sukses dari para pendahulunya dan lebih-lebih yang lain.


Tidak ada yang salah mempunyai keinginan menjadi penguasa. Hanya saja, alasan "karena anak penguasa" cuma cocok dalam sistem kerajaan. Dan karena itu pula, kerajaan selalu meluaskan daerah kekuasaanya; agar dapat dibagi, dapat bertahan cukup lama sebelum para keturunannya rakus terhadap kekuasaan dan cukup kekuatan untuk melawan dan bertahan dari kerajaan(penguasa) lain.

Tanggung jawab terbesar seorang anak penguasa bukanlah kekuasaan yang sudah dicapai, melainkan ide-ide penguasa, sudahkah tersebar, terlaksana, terjaga orisinalitasnya. Memperjuangkan ide tidak melulu harus menjadi penguasa, apalagi mengajukan diri atau berperilaku agar diajukan menjadi penguasa. Alasan manusia dijadikan penguasa karena idenya, bukan karena cita-citanya menjadi penguasa. Namun berbeda lagi dengan alasan manusia menjadi penguasa, kalau yang ini, bisa jadi karena cita-citanya memang menjadi penguasa.


Sumber gambar: mas-saefudin.blogspot.com

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Ceyron Louis

Masih sebagai manusia yang tersesat di tengah, antara salah paham yang tak berujung

0 comments:

Post a Comment