Pelajaran dari Perjalanan
Perjalanan ternyata dapat membuka semuanya, mungkin itu mengapa mereka para pendaki gunung selalu berkata "gunung akan membuka karakter seseorang". Dan ternyata, sebuah jalanpun dapat membuka mata untuk melihat ke dalam, namun untuk melakukannya diperlukan sedikit keberanian dan ketidakwajaran. Menjadi cermin bagi diri sendiri, melihat bagaimana diri bereaksi terhadap segala yang terjadi ketika perjalanan.
Hal yang aneh memang, tetapi dengan begitulah dapat diketahui siapa sebenarnya diri ini. Ketika itu, diri akan ditantang untuk bersikap apa adanya atau berusaha berbuat baik dengan segala upaya. Berbuat baik dengan segala upaya, agaknya terdengar seolah-olah menutupi, berpura-pura, atau bahkan membohongi, tetapi bagi saya, bukan tentang apa adanya atau berpura-pura, karena semuanya tentang membangun. Dan dalam membangun, tidak istilah yang namanya "apa adanya", yang ada hanyalah bagaimana bangunan itu berdiri dengan seni terbaik. Jadi, membiasakan berbuat baik bukan berarti berpura-pura baik.
Seperti layaknya pencuri, penjahat, pembunuh, dan mereka yang teranggap tercela, apakah jika mereka berbuat baik lantas itu disebut dengan kepura-puraan atas keapaadannya sebagai manusia tercela?
Dan tidak ada salahnya pula untuk bersikap apa adanya, artinya bereaksi tanpa memikirkan dampak, karena bersikap, bukanlah tentang haram atau halal. Dengan sikap apa adanya, sekeliling dapat mengerti bahwa itu adalah kita. Sebab, mengenali ketidakcocokan merupakan awal untuk saling mencocokkan dalam hal lain.